OTTAWA (Berita SuaraMedia) - Isu BlackBerry di wilayah Timur Tengah semakin hangat seiring dengan bertambahnya negara-negara yang mempermasalahkan keamanan layanan BlackBerry.
Seperti diberitakan dari New York Times, pemerintah Lebanon juga berencana mengkaji masalah keamanan terkait dengan layanan komunikasi milik perusahaan asal Kanada, Research In Motion, itu.
Sebelumnya, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan India berniat untuk memblokir layanan BlackBerry karena mereka tidak dapat menembus akses layanan itu untuk mengontrol trafik informasi yang dikhawatirkan dimanfaatkan oleh teroris dan pelanggar hukum.
Selain itu, walaupun tidak mengeluarkan ancaman blokir, pemerintah Indonesia juga meminta RIM menyediakan server lokal, agar pemerintah bisa menyadap para teroris dan pelanggar hukum.
Bila imbauan itu tak digubris, pemerintah akan memperingatkan RIM, kata Menkominfo Tifatul Sembiring, kemarin, di Istana Bogor.
Selain Indonesia, Bahrain juga tengah mengkaji hal yang sama. Belakangan Lebanon juga turut masuk ke jajaran negara yang menuntut kontrol lebih kepada RIM.
Bahkan menurut situs BBC, Aljazair juga bergabung dalam barisan pemerintahan yang menuntut akses pada layanan BlackBerry.
Uni Emirat Arab telah memutuskan untuk menutup BlackBerry di negaranya meliputi layanan email, akses internet dan blackBerry Messenger, mulai 11 Oktober. Arab Saudi berencana mulai memblokir layanan BlackBerry mulai hari ini.
"RIM tidak bisa mengakomodasi permintaan apapun untuk memecahkan enkripsi pelanggan, karena RIM, operator jaringan, atau pihak ketiga manapun tidak akan pernah memiliki kuncinya," kata RIM seperti diberitakan dari situsBBC.
Namun pembicaraan RIM dengan kedua negara masih berlangsung. RIM bahkan dibekingi oleh pemerintah Kanada dan AS.
"Kanada telah bekerja sama dengan para pejabat di Research In Motion dan pemerintahan-pemerintahan terkait, untuk mendukung mereka menghadapi tantangan ini," kata Menteri perdagangan Kanada Peter Van Loan.
Pemerintah AS, juga berusaha menjembatani RIM dengan pemerintah-pemerintah negara tersebut.
"Kami menyediakan waktu untuk konsultasi dan menganalisa berbagai kepentingan dan masalah yang terjadi, karena kami tahu ada masalah kemanan di dalamnya," ujar Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton.
Kabarnya, pembicaraan antara Kanada dan Arab Saudi mengalami kemajuan. Tapi belum diketahui sejauh mana kemajuan yang telah dicapai. (arv2s) www.suaramedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar